Anonymous Ancestors


in

Acara utama dari lokakarya ini adalah Pasar Ketemu, yaitu presentasi ide produk oleh para partisipan di depan juri dan publik. Disini publik bisa memilih secara langsung ide produk mana yang mereka sukai. Kemudian para juri menentukan 5 tim terpilih yang akan mendapatkan dana pendanaan sebesar Rp24 Juta, sesi bimbingan dan inkubasi selama 6 bulan, dan bantuan pemasaran dari Ketemu dan The Arts Development Company.

“Lorku”, oleh Vindy Ariella (Jakarta) & Khomsin (Solo)

Produk Lorku bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan mental. Dengan melibatkan psikiater, psikolog dan penyintas gangguan jiwa dalam perancangan produknya. Beberapa manfaat yang dihadirkan oleh produk Lorku adalah pemetaan masalah yang dialami, lebih mengenal diri, mengekspresikan pikiran, perasaan maupun ide, serta memberi semangat positif untuk menjalani kehidupan sehari-hari. 

“Kami sangat senang dan tidak menyangka. Kami harap produk kami bisa tumbuh di pasaran global dan berguna bagi banyak orang. Terima kasih, Gerakan Kreabilitas Ketemu project!”

Perky Koma

“Perky Koma”, oleh Patricia Thebez (Jakarta) & Devi Soewono (Bali)

Produk-produk Perky Koma memiliki kepedulian mendalam terhadap isu kesehatan mental. Produk-produknya bertujuan untuk mendukung kesehatan mental yang bergantung pada suasana hati (mood), sehingga produk yang diciptakan adalah produk fashion yang aksesorisnya dapat dikostumisasi sesuai dengan suasana hati pembelinya.

“Kami sangat senang dan bersyukur sudah terpilih jadi salah satu usaha kreatif. Kami harap kami dapat banyak ilmu dan pengalaman baru untuk berkontribusi di dunia ekonomi kreatif Indonesia dengan menciptakan dampak sosial yang kreatif. Kami juga berharap kreasi kami bisa membantu banyak orang di manapun berada.”

Kuatilitas

“Kuatilitas”, oleh Zakka Ghiffani (Jogja) & Kadek Winda (Bali).

Kuatilitas tercipta dari gabungan kata “kuat” dan “abilitas”. Zakka dan Winda berkolaborasi untuk membuat komik yang menceritakan tiga tokoh pahlawan disabilitas. Melalui komik dan merchandise mainan kertas, mereka ingin membawa pandangan yang positif terkait dengan isu disabilitas. Melalui produk ini, mereka berharap dapat menginspirasi dan mengurangi stigma di sekitar teman-teman disabilitas.

“Kami bangga menjadi satu dari lima tim terpilih. Banyak ilmu yang saya peroleh, juga pengalaman berkolaborasi yang menyenangkan. Semoga program seperti ini bisa terus diadakan dan memberi manfaat bagi banyak orang.”

“Iskandar Collective” oleh Dondik Robini (Lumajang) & Wulang Sunu (Jogja)

Dondik dan Wulang adalah dua orang pegiat kreatif yang bekerja sama dengan seniman penyandang disabilitas asal Lumajang, Pak Iskandar. Dalam produk-produknya ini, mereka merespon karya-karya Pak Iskandar dan mengubahnya menjadi desain-desain kontemporer dalam produk fashion yang menyasar anak-anak muda. 

“Menjadi salah satu usaha kreatif adalah tantangan baru dan menyenangkan karena kami akan bisa melihat kesempatan dan metode kerja yang baru. Kami harap kolaborasi ini akan menjadi inisiatif yang baik untuk mendapatkan perspektif baru dalam menciptakan ekosistem yang inklusif dan menjadi manusia seutuhnya.”

Handmade Cutlery

Handmade Cutlery Traveling Kits, oleh Yasminida, I Wayan Suta, I Nyoman Budiarta (Bali), Siti Maidina (Jambi), and Lalu Wisnu (Mataram)

Handmade Cuttlery Travel Kit ini berisi satu set peralatan makan buatan tangan yang dibuat dari bambu organik dari Desa Jatiluwih. Nantinya, set alat makan ini akan dikemas dengan kain yang coraknya terinspirasi oleh lukisan Bali karya seniman lokal, serta batik tradisional dari Kepulauan Indonesia. Paket alat makan ini juga salah satu usaha mengurangi sampah plastik, yang dibuat dengan penuh semangat dan bertanggung jawab.

“Gerakan Kreabilitas ini bisa menjadi ajang mempersatukan budaya/ seni nusantara dalam satu hasil karya yang bisa dinikmati oleh seluruh dunia. Terima kasih banyak atas kesempatan yang sudah diberikan kepada kami.”