I Nyoman Sudiasa, atau yang akrab dipanggil Pak Nyoman, lahir di Desa Titab, Busung Biu, Buleleng pada tanggal 8 Juni 1974. Beliau merupakan anak bungsu dari 11 bersaudara. Beliau didiagnosis memiliki skizofrenia pada Mei 2001. Pertemuannya dengan dr. Rai pada tahun 2015 ketika beliau sedang melakukan rawat jalan di RSU Wangaya, membawa Pak Nyoman mengikuti sesi mingguan di kediaman dr. Rai. Pada Oktober 2015 terbentuklah KPSI Simpul Bali dan Beliau menjadi salah satu anggotanya.
Pak Nyoman ditunjuk sebagai koordinator dalam audiensi bersama dengan Walikota Denpasar pada Agustus 2016, yang akhirnya melahirkan Rumah Berdaya. Tahun 2017, Beliau diangkat menjadi pegawai kontrak Dinas Kesehatan oleh Pemerintah Kota Denpasar. Lalu mulai 2019, Pak Nyoman tercatat sebagai pegawai kontrak di Dinas Sosial Kota Denpasar sebagai Pengurus Rumah Berdaya.
Kini Pak Nyoman aktif melukis setelah beberapa kali mengikuti sesi Art for Well-being, yang dilaksanakan di Rumah Berdaya oleh Ketemu Project bersama Budi Agung Kuswara (Kabul) selaku seniman dan pendiri Ketemu Project. Dengan arahan serta bimbingan Kabul, karya Pak Nyoman telah dipamerkan di Cata Odata (2017), Rumah Berdaya (2018) dan Momentary Museum di Tokyo, Jepang (2019).
Ingin kenal lebih jauh dengan Pak Nyoman? Atau ingin tahu karya terkini Pak Nyoman atau Rumah Berdaya? Yuk cek akun Instagram Pak Nyoman @nyomansudiasa_, atau akun Instagram Rumah Berdaya @rumahberdaya_kpsibali.
Tulika adalah seorang kurator dan penulis yang tertarik dengan urban art, teknologi, dan aksesibilitas. Pada tahun 2016, ia belajar tentang Komunikasi Massa dan Sejarah Seni. Praktik kuratorialnya merefleksikan perkembangan dunia, seringkali menjamah pada titik sentuh sensor untuk membangunkan penikmat seni. Berlatih dari lingkungan kompetitif bawaan Singapura, ia secara khusus tergerak oleh kolaborasi dan eksperimen lintas ilmu.
Sejak tahun 2016, Tulika telah bekerja sama dengan pelaku di bidang seni dan budaya dalam berbagai program dan pembinaan. Kult, The MeshMinds Foundation, Singapore International Film Festival, Goethe-Institut, Singapore Art Museum, The Projector, dan Singapore Writers Festival termasuk di dalamnya. Narasi filmnya turut ditampilkan di National Museum Cinematheque Quarterly dan Asian Film Archive. Tulika merupakan alumni dari Nanyang Technological University, jurusan Mass Communications dan Art History.
Tulika suka seni, senang menulis tentang seni, dan sangat tertarik dengan budaya pop. Salah satu yang menginspirasinya adalah film dan ia suka menghabiskan waktu dengan melihat Instagram. Ia bukan seorang seniman, tetapi karya-karyanya tidak akan ada tanpa seniman. Ia ingin membangun dunia melalui pameran-pameran seni. Ketertarikannya di bidang kuratorial membawanya ke Bali selama dua minggu pada bulan Juni 2019. Tergabung dalam program residensi Ketemu Project, Tulika meneliti tentang seni dan disabilitas, sesuatu hal yang benar-benar baru untuknya. Tulika adalah kurator dalam salah satu proyek pameran Ketemu Project, yaitu “Now Is A Good Time”.