Chapter 4

Perencanaan Kolaborasi Kreatif dengan Penyandang Disabilitas

Cara membuat program seni yang inklusif

Pengalaman merencanakan kegiatan yang melibatkan penyandang disabilitas cukup unik, karena harus memastikan semua lini sudah inklusif.

Sayangnya, inklusivitas belum menjadi praktik sehari-hari di masyarakat sehingga persiapan membutuhkan ekstra waktu, tenaga, pikiran dan anggaran.

Sebenarnya apa sih inklusif itu?

Kamu mungkin lebih sering dengar kata eksklusif ketimbang inklusif. Meski punya arti saling berlawanan, pada dasarnya kedua kata tersebut menggambarkan cara memandang keberagaman.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inklusif berarti “termasuk”. Jadi dalam melakukan perencanaan kolaborasi dengan penyandang disabilitas, kita perlu memastikan semua lini sudah mengakomodasi berbagai kebutuhan.

Cara merencanakan kegiatan yang inklusif

Sebuah kegiatan, terutama yang inklusif, memiliki begitu banyak faktor yang harus dipikirkan. Untuk mempermudah melakukan perencanaan, kamu bisa menggunakan templat ini.

Pertanyaan awal:

  • Individu/komunitas yang akan diajak kerjasama adalah…
  • Langkah-langkah untuk konsultasi dengan individu/komunitas tersebut adalah…
  • Ide kreatif dengan individu/komunitas tersebut adalah…
  • Fokus kegiatan ini adalah…
  • Partner yang akan diajak kerja sama adalah…
  • Kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan ini adalah…

Saatnya untuk lebih detail:

  • Cara kita merencanakan sebuah proses inklusif adalah melalui…
  • Peran/kemampuan yang dibutuhkan untuk membantu kegiatan ini adalah…
  • Sumber dana, barang, dan lainnya yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan ini adalah…
  • Aksesibilitas yang dibutuhkan di lokasi tempat kegiatan adalah…
  • Proses kegiatan yang telah disetujui untuk dikomunikasikan lebih lanjut adalah…
  • Pihak yang dapat memberikan informasi dan saran penting adalah…

Secara garis besar, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan:

  1. Program
  2. Tempat Kerja
  3. Komunikasi

Dalam tulisan ini kita akan lebih fokus membahas tentang apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat program yang inklusif.

Zakka, salah satu peserta Tuli yang sedang ikut kegiatan presentasi ide kreatif dalam program Gerakan Kreabilitas

Kebanyakan penyandang disabilitas belum memiliki akses yang sama untuk mendapatkan pelatihan, mentoring, ataupun praktik langsung, sehingga kemampuannya kurang terasah.

Amina McConvell, Arts Access Darwin Tweet

Maka dari itu, kita perlu untuk membuat program kreatif yang inklusif bagi mereka.

Penyandang disabilitas lebih tahu apa yang mereka butuhkan ketimbang kita. Jadi libatkan mereka saat merencanakan program yang inklusif. Pasalnya, hambatan yang mereka miliki terkadang tak kasat mata, seperti lamanya waktu istirahat yang diperlukan dan pantangan makanan.

Selain itu, kebutuhan mereka berbeda-beda. Maka lebih baik melibatkan sebanyak mungkin orang agar mendapat banyak masukan bermanfaat untuk program kita.

Bertanya, dengarkan, terapkan, dan evaluasi. Inilah empat cara yang bisa kita lakukan yang berguna untuk meningkatkan kualitas dan inklusivitas program kita.

Dalam menentukan jadwal program, perlu memperhatikan:

  • Pertimbangan kultural – timeline program tidak bertepatan dengan hari raya agama dan libur nasional, serta jam-jam tertentu seperti waktu shalat Jumat bagi muslim.
  • Pertimbangan kemampuan – perlu diingat bahwa ada disabilitas yang tak terlihat, contohnya sebagian penyandang disabilitas memerlukan waktu lebih lama untuk melakukan berbagai aktivitas. Selain itu, beberapa dari mereka membutuhkan lebih banyak istirahat, misalnya istirahat 30 menit untuk setiap 2 jam sesi kegiatan. 
  • Bantuan aksesibilitas – kebutuhan mobilitas, visual, dan audio yang perlu disiapkan sebelum program, contohnya ramp, dudukan toilet, Juru Bahasa Isyarat, dan transkrip video yang akan ditampilkan dalam program.
  • Transportasi – kendaraan (jika diperlukan) dan mobilitas partisipan penyandang disabilitas perlu mendapat perhatian lebih. Alokasikanlah waktu tambahan untuk kebutuhan mobilitas tersebut, termasuk memperhatikan akses jalan seperti jarak, kondisi trotoar, dan permukaan jalan.

Demikianlah beberapa cara yang bisa dilakukan dan hal yang perlu diperhatikan untuk membuat program yang inklusif.

Tentunya masih banyak hal yang perlu dan ingin kami pelajari lagi. Jika dari tulisan di atas ada yang kurang berkenan atau ingin teman-teman tambahkan, sila langsung saja menghubungi kami melalui email atau DM di Instagram kami.

Dalam tulisan selanjutnya kita akan membahas tentang cara berkomunikasi yang inklusif. Hal ini meliputi cara kita menyampaikan pesan, dan menyiapkan desain dan media komunikasi yang aksesibel bagi semua.

 

Artikel ini adalah bagian dari : Toolkit Inklusivitas: Kolaborasi Seni dan Kreatif . Keseluruhan toolkit ini dapat diunduh dalam bentuk PDF.

Toolkit ini adalah salah satu hasil proyek kami Gerakan Kreabilitas, sebuah program dari British Council: Developing Inclusive Creative Economy (DICE).

Referensi: 

Inklusif”.Kamus Besar Bahasa Indonesia.diakses 2 Januari 2020

Art for Everyone Approaches to Inclusive Practice”.Arts Access.diakses 9 Desember 2019

McConvell, Amina.2016.“The Creative Toolkit – An Information Toolkit To Support The Teaching and Facilitation of Visual Arts Studio Practice For People With Disability”.Arts Access Darwin.diakses 9 Desember 2019

Ensuring your venues and events are open to all”.Shape Access Guide.diakses 9 Desember 2019